Nabi Harun Alaihissalam
diutus oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala untuk membantu tugas kerasulan Nabi Musa Alaihissalam. Dalam berbicara, ia lebih cakap daripada Nabi Musa
Alaihissalam. Ketika Nabi Musa Alaihissalam pergi ke Bukit Sina untuk menerima
wahyu, umatnya dititipkan kepada Nabi Harun Alaihissalam. Namun setelah Nabi
Musa Alaihissalam kembali, ia mendapati mereka telah menyembah patung anak
sapi. Melihat itu, Musa sangat marah dan bersedih hati. Dalam Al Qur’an
diceritakan:
Dan
tatkala Musa telah kembali kepada kaumnya dengan marah dan sedih hati
berkatalah dia: Alangkah buruknya perbuatan yang kamu kerjakan sesudah
kepergianku! Apakah kamu hendak mendahului janji Rabbmu? Dan Musa melemparkan
luh-luh (Taurat) itu dan memegang (rambut) kepala saudaranya (Harun) sambil
menariknya ke arahnya. Harun berkata: Hai anak ibuku, sesungguhnya kaum ini
telah menganggapku lemah dan hampir-hampir mereka mau membunuhku, sebab itu
janganlah kamu menjadikan musuh-musuh gembira melihatku, dan janganlah kamu
masukkan aku ke dalam golongan orang-orang yang zalim. (QS Al-A’râf: 150)
Akhirnya
Musa pun sadar, ia lalu berdoa kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala seperti
tersebut dalam Al Qur’an:
Musa
berdoa: Ya Rabbku, ampunilah aku dan saudaraku dan masukkanlah kami ke dalam
rahmat Engkau, dan Engkau adalah Maha Penyayang di antara para penyayang. (QS
Al-A’râf: 151)
Nabi
Harun Alaihissalam wafat sebelum Nabi Musa Alaihissalam. Ia dikuburkan oleh
Nabi Musa Alaihissalam di Bukit Hur di Gurun Sinai.