Perang salib III (1188-92)
Episode
perang salib III inilah yang paling legendaris. Karena adanya
pertarungan sengit antara Raja Richard versus Sultan Saladin.
Pada
tahun 1157, Nuruddin jatuh sakit yang cukup berat dan tak kunjung
sembuh hingga dua tahun kemudian. Para amirnya telah diberitahukan dan
mengusulkan untuk merebut Antiokhia, tapi Nuruddin menolaknya. Nuruddin
tahu, ini belum saatnya untuk menyerang Yerusalem dan kota-kota
sekitarnya. Kaisar Manuel dari Byzantium baru saja menaklukan Anatolia
dengan kekuatan militernya. Kemenangan Byzantium di utara ini memaksa
Nuruddin untuk mencari front pertempuran yang lain, karena adalah
tindakan yang konyol melawan Byzantium yang tengah kuat secara moral
setelah penaklukan Anatolia. Jika pun menang, itu pasti diraih dengan
sangat tidak mudah dengan risiko banyak kehilangan nyawa prajurit. Pada
tanggal 15 Mei 1174, Nuruddin wafat karena serangan jantung di usianya
yang ke 60., tetapi kaum muslimin mendapatkan pengganti yang sepadan.
Sultan Salahuddin/Saladin!
Sepeninggal Nuruddin pada tahun 1183,
Saladin yang telah berhasil mengambil alih kekuasaan khalifah dari bani
Fathimiyah yang syiah, memulai gerakannya untuk membebaskan Palestina
dari tentara Salib. Pasukan Saladin menyeberangi Yordania dan menyerbu
Galilea. Guy dari Lusignan, yang kini menjadi wali Kerajaan Yerusalem,
segera saja memobilisasi tentaranya. Kedua pasukan kemudian berkemah
berhadap-hadapan di kolam Goliath.
Disinilah terjadi perang
Hittin yang berakhir dengan kemenangan gilang gemilang Sultan Saladin.
Dimana kemenangan di perang Hittin berujung pada terbebasnya Yerusalem
yang akan bertahan selama lebih dari 800 tahun, sampai tahun 1967 ketika
Israel berhasil menginjak-nginjak kedaulatan bangsa Palestina. Dimana
secara rinci kisah tentang perang Hittin akan saya posting tersendiri.
Setelah
penaklukan Yerusalem, Bahauddin, sang penulis biografi Saladin,
menceritakan pada kita sebuah kisah yang menunjukkan pandangan baru akan
orang-orang Kristen. Waktu itu Bahauddin dan Saladin sedang berkuda di
sepanjang pantai Palestina, memandang gelombang laut yang liar di musim
dingin. Saladin berkata, “Aku pikir ketika Allah memberiku kemenangan
atas seluruh tanah Palestina, maka aku akan membagi wilayahku, membuat
wasiat untuk menyatakan harapan-harapanku, dan kemudian berlayar ke
negeri-negeri mereka yang jauh dan memburu kaum Frank di sana, agar
dunia terbebas dari orang-orang yang tak beriman pada Allah.”
Saladin
sebenarnya sudah berniat untuk menyeberang ke Eropa dan menegakkan
kalimat Allah di sana. Tapi untuk berjihad, Saladin tak perlu pergi ke
Eropa karena tak lama setelah kemenangannya di Hittin, Raja William dari
Sisilia segera berlayar ke Tirus dengan tujuan segera mengkonsolidasi
kekuatan Kristen. Raja Guy dari Lusignan yang dibebaskan oleh Saladin,
bukannya berterimakasih, tapi malah ikut bergabung dengan sisa kekuatan
Kristen di Tirus dan kemudian berlayar ke Acre untuk mengepung sebuah
benteng muslim di kota itu. Tentara Salib dalam jumah besar sedang
berlayar dari Denmark dan Frisia untuk membantu Guy mengepung Acre.
Seiring
dengan jatuhnya Yerusalem, Paus Gregory VIII menyerukan Perang Salib
ketiga. Sayang waktunya bersamaan dengan matinya raja-raja yang pertama
kali menjawab panggilan.
Namun tentara salib yang menanggapi
seruan perang salib jilid tiga yang dilontarkan oleh Paus Gregory III,
tidak terlalu semangat dalam menanggapinya. Baru pada 1191, hampir 4
tahun setelah perang Hittin, tentara salib yang utama sampai di Acre.
Keterlambatan ini sebenarnya dikarenakan mereka sedang sibuk dengan
masing-masing pertempurannya. Raja Philip Agustus dari Perancis dan Raja
Henry II dari Inggris saling menyerbu tiada henti. Pada 6 Jui 1189
Henry II wafat dan Richard The Lion Heart mewarisi kerajaan Inggris.
Raja
pertama yang menjawab seruan tersebut adalah William II dari Sisilia.
Dia mengirimkan armada ke Timur tapi kemudian mati pada 1189. Henry II
dari Inggris setuju untuk berpartisipasi, tapi juga mati di tahun yang
sama. Kaisar Jerman, Frederick Barbarossa, yang telah ber-rekonsiliasi
dengan Gereja (setelah sebelumnya sempat di ekskomunikasi),
berpartisipasi dengan memimpin tentara yang besar yang mengalahkan
Pasukan Seljuk pada 1190. Tapi bulan berikutnya, Kaisar yang sudah
lanjut ini mati tenggelam saat dia iseng berenang di sungai Calycadnus
yang terletak di dataran Seleucia dalam perjalanan ke Yerusalem.
Dua
raja yang akhirnya memimpin Perang Salib ini adalah Richard I ("Si Hati
Singa, Lion-Hearted), kakak Henry II dan penerusnya. Dan Raja Philip II
Agustus dari Prancis.
Setelah wafatnya Henry II, perang pun
berhenti dan Richard berkeinginan untuk berangkat ke timur sebagai
tentara salib. Sebenarnya keinginan Richard bukan berdasarkan motivasi
religius. Karena Richard adalah seorang prajurit, perang salib
memberikan tantangan yang menggairahkan sebagai prajurit. Sedangkan
Philip Agustus jauh lebih tidak bersemangat menanggapi perang salib,
tapi ia sadar bahwa jika ia tidak mengikuti opini pubik dengan menunda
keberangkatannya lebih lama, maka itu akan menjadi sebuah kesalahan
politik yang cukup fatal. Philip Agustus dan Richard The Lion Heart
sepakat untuk berdamai secara resmi dan berangkat bersama meninggalkan
Eropa menuju Acre pada tahun itu.
Gerak maju kedua raja, Richard
dan Philip, sangatlah lambat. Berangkat dari masing-masing negerinya,
kedua raja ini sepakat untuk ketemu di Sisilia. Rencana mereka akan
berlayar menuju Acre dan tidak menempuh jalur darat yang
berbahaya.Philip sampai lebih dulu dan langsung mengatur pasukannya
untuk mengepung Acre. Sedangkan Richard tertunda kedatangannya karena
asih harus merebut Siprus dan menyerang sebuah kapal logistik kaum
Muslim. Baru pada 6 Juni Richard sampai di Acre dan langsung ikut
membantu pengepungan Acre.
Pengepungan Acre adalah sebuah
pengepungan yang berkepanjangan dan membuat semua orang putus asa. Di
dalam kota, pasukan Muslim berjaga-jaga dan kaum sipil menderita akibat
pengepungan yang telah berlangsung 2 tahun. Di sekeliling benteng kota
tentara salib berkemah mengepung. Sementara itu, di sekeliling kemah
tentara salib, berkemahlah ribuan prajurit Muslim Saladin. Di dalam
perkemahan tentara salib merebak wabah penyakit dan perseteruan politik
antara Richard melawan Philip. Kondisi ini yang membuat mereka tak mampu
menaklukkan Acre dengan cepat.
Tentara salib kali ini sangatlah
berbeda dengan tentara salib sebelumnya yang sangat termotivasi dengan
semangat kristus. Tentara salib pimpinan Richard dan Philip ini sangat
sekuler dan terlihat sangat duniawi. Mereka sangat bersemangat ketika
Richard menawarkan kepingan emas untuk setiap orang dalam pasukan yang
dapat mengambil bongkahan batu dari benteng kaum Muslim. Ini
berkebalikan dengan yang terjadi dalam pasukan Muslim, di mana setiap
orang bertempur berlandaskan jihad membela agama. Saladin tetap
mempertahankan kebiasaannya untuk membacakan hadist-hadist Rasulullah
SAW di depan pasukannya sehingga motivasi jihad pasukannya tetap terjaga
Setelah
pengepungan panjangnya, akhirnya kota Acre jatuh ke tangan tentara
salib. Ketika melihat bendera Kristen dikibarkan dari benteng kota Acre
pada tanggal 12 Juli, Saladin menangis bagaikan seorang anak-anak. Acre
kemudian dikepung rapat oleh Saladin dari segala penjuru. Dan tentara
salib ingin berunding dengan Saladin.
Dalam perundingan itu
disepakati bahwa Acre akan diserahkan terhadap kaum Kristen bersama
15.000 orang Kristen yang menjadi tahanan Saladin. Begitu kesepakatan
terjadi, Philip merasa telah selesai tugasnya dan kembali ke Perancis.
Sedangkan Richard, yang kini menjadi pimpinan tentara salib
satu-satunya, tetap tinggal di Acre dan mulai merencanakan
operasi-operasi militer baru untuk melawan kaum Muslim. Karena merasa
terbebani dengan besarnya jumlah tahanan, Richard menggiring keluar dari
benteng 2700 orang Muslim termasuk anak-anak dan perempuan, untuk
kemudian dibantai dengan darah dingin.
Di penghujung tahun
perundingan menemui jalan buntu lagi, sedangkan pertempuran terus
berlanjut. Richard berencana untuk merebut beberapa kota lagi di pantai
sepanjang Askelon tapi Saladin selalu mampu merebut lagi satu kota
ketika Richard baru saja berhasil menaklukkan kota lain. Ini adalah
jalan buntu militer.
Sedangkan di pihak kaum Muslim, ada
kepanikan yang melanda para amir. Banyak di antara mereka melarikan diri
karena ketakutan ketika tentara salib maju hingga Beit Nuba. Seperti
Saladin, Richard juga dalam kondisi putus asa. Setelah dua kali
pasukannya dipukul mundur menjauh dari Yerusalem, para tentara salib ini
marah dan nyaris timbul pemberontakan. Richard juga mendapatkan kabar
buruk; Philip –temannya yang juga memimpin tentara salib bersamanya-
kini tengah menyerbu tanah kekuasaannya di Perancis. Akhirnya Richard
jatuh sakit. Saladin dengan ramah mengirim dokter pribadinya dan memberi
hadiah buah-buahan dan es untuk dibuat minuman dingin.
Akhirnya
pada 2 September Richard menyerah dan sebuah kesepakatan ditandangani
yang mengatakan bahwa kedua belah pihak harus berkompromi dalam waktu 5
tahun ke depan. Saladin berjanji tidak akan mengusir semua orang Kristen
dan memburunya ke Eropa. Sebagai gantinya akan ada suatu wilayah kecil
sepanjang pantai, dari Jaffa hingga Beirut, yang dikuasai sebuah
kerajaan Kristen dengan ibukota Acre. Raja kerajaan itu menyebut dirinya
sebagai Raja Yerusalem. Sedangkan Ricahrd berjanji untuk tidak
menyerang Yerusalem lagi tapi para peziarah Kristen masih diperbolehkan
datang ke Yerusalem. Tentara salib pun akhirnya pulang kembali ke Eropa
tanpa menaklukkan Yerusalem.
Setelah Richard The Lion Heart, Raja
Inggris, beserta tentara salib yang dipimpinnya mampu diusir oleh
Saladin dari Palestina, masih ada saja raja-raja, baron-baron Kristen
Eropa yang mengadakan serbuan ke Palestina dan bermimpi untuk bisa
menguasai Yerusalem sebagai ekspresi religius mereka. Tapi, sejarah
mencatat tak satu pun dari mereka yang mampu menaklukkan Yerusalem
hingga pada 1967 Palestina jatuh ke tangan orang-orang Yahudi dengan
dukungan kuat negara-negara Kristen. Bahkan salah satu jenderal
negara-negara Kristen ini menendang makam Shalahuddin Al-Ayubbi atau
Saladin, seakan-akan cita-cita perang salib telah tercapai.