Perang Salib 2
Dengan jatuhnya kembali kota Edesa oleh pasukan muslim, tokoh-tokoh
Kristen Eropa dilanda rasa cemas. St Bernard segera menyerukan kembali
perang salib melawan kekuatan muslim. Seruan tersebut membuka gerakan
perang salib kedua dalam sejarah Eropa. Beberapa penguasa Eropa
menanggapi poiitif seruan perang suci ini. Kaisar jerman yang bernama
Conrad III, dan kaisar perancis yang bernama Louis VII segera
mengerahkan pasukannya keAsia. Namun kedua paiukan ini iapat dihancurkan
ketika sedang dalam perjalanan menuju Syiria. Dengan sejumlah pasukan
yang tersisa mereka berusaha mencapai Antioch, dan dari sisi mereka
menuju ke Damaskus.
Pengepungan Damaskus telah berlangsung beberapa hari, ketika Nuruddin
tiba di kota ini. Karena terdesak oleh pasukan Nuruddin, pasukan salib
segera melarikan diri ke Palestina, sementara Conrad III dan Louis VII
kembali ke Eropa dengan tangan hampa. Dengan demikian beiakhirlah babak
ke dua perang salib.
Nuruddin segera rnulai memainkan peran baru sebagai sang penakluk.
Tidak lama setelah mengalahkan pasukan salib, ia berhasil rnenduduki
benteng Xareirna, merebut wilayah perbatasan Apamea pada tahun 544
H/1149 M., dan kota Joscelin. Pendek kata, kota-kota penting pasukan
salib berhasil dikuasainya. la segera menyambut baik permohonan
masyarakat Damaskus dalam perjuangan melawan penguasa Damaskus yang
menindas. Keberhasilan Nuruddin menaklukkan koia damaskus membuat sang
khalifah di Bagdad brerkenan rnemberinya gelar kehormatan “al-Malik al-
’Adil”.
Ketika itu Mesir sedang dilanda perselisihan intern dinasti
Fatimiyah. Shawar, seorang perdana menteri Fatimiyah., dilepaskan dari
jabatannya oleh gerakan rahasia. Nuruddin mengirimkan pasukannya di
bawah pimpinan komandan Syirkuh. Namun ternyata Shawar justru memerangi
Syirkuh berkat bantuan pasukan perancis hingga berhasil rnenduduki
Mesir.
Pada tahun 563 H/1167 M. Syirkuh berusaha datang kembali ke Mesir.
Shawar pun segera rneminta bantuan raja Yerusalem yang bernama Amauri.
Gabungan pasukan Shawar dan Amauri ditaklukkan secara mutlak oleh
pasukan Syirkuh dalam peperangan di Balbain. Antara mereka terjadi
perundingan yang melahirkan beberapa kesepakatan: bahwa Syirkuh bersedia
kembali ke Damaskus dengan imbalan 50.000 keping emas, Amauri harus
menarik pasukannya dari Mesir. Namun Amauri tidak bersedia meninggalkan
Kairo, sehingga perjanjian tersebut batal secara otomatis. Bahkan mereka
menindas rakyat.
Atas permintaan khalifah Mesir Syirkuh diperintahkan oleh Nuruddin
agar segera menuju ke Mesir. Masyarakat Mesir dan sang khalifah
menyambut hangat kedatangan Syirkuh dan pasukannya, dan akhirnya Syirkuh
ditunjuk sebagai perdana menteri. Dua bulan sesudah penundukan ini,
Syirkuh meninggal dunia, kedudukannya digantikan oleh kemenakannya yang
bernama Salahuddin. Ketika kondisi politik dinasti Fatimiyah semakin
melemah, Salahuddin al-Ayyubi segera memulihkan otoritas Khalifah
Abbasiyah di Mesir, dan setelah dinasti Fatimiyah hancur Salahuddin
menjadi penguasa Mesir (570-590 H/1174-1193 M).
Salahuddin, putra Najamuddin Ayyub, lahir di Takrit pada tahun 432
H/1137 M. Ayahnya adalah pejabat kepercayaan pada masa lmaduddin Zangki
dan masa Nuruddin. Salahuddin adalah seorang letnan pada masa Nuruddin,
dan telah berhasil mengkonsolidasikan masyarakat Mesir, Nubia, Hijaz dan
Yaman.
Sultan Malik Syah yang menggantikan Nuruddin adalah raja yang masih
berusia belia, sehingga amir-amirnya saling berebut pengaruh yang
menyebabkan timbulnya krisis poiitik internal. Kondisi demikian ini
memudahkan bagi pasukan salib untuk menyerang Damaskus dan
menundukkannya. Setelah beberapa lama tampillah Salahuddin berjuang
mengamankan Damaskus dari pendudukan pasukan salib.
Lantaran hasutan Gumusytag, sang sultan belia Malik Syah menaruh
kemarahan terhadap sikap Salahuddin ini sehingga menimbulkan konflik
antara keduanya. Sultan Malik Syah menghasut masyarakat Alleppo
berperang melawan Salahuddin. Kekuatan Malik Syah di Alleppo dikalahkan
oleh pasukan Salahuddin. Merasa.tidak ada pilihan lain, Sultan Malik
Syah rneminta bantuan pasukan salib. Semenjak kemenangan melawan pasukan
salib di Aleppo ini, terbukalah jalan lernpang bagi tugas dan
perjuangan Salahuddin di masa-masa mendatang hingga ia berhasil mencapai
kedudukan sultan. Semenjak tahun 575H/1182M, kesultanan Saljuk di pusat
mengakui kedudukan Salahuddin sebagai sultan atas seluruh wilayah Asia
Barat.
Sementara itu Baldwin III menggantikan kedudukan ayahnya, Amaury.
Baldwin III mengkhianati perjanjian genjatan senjata antara kekuatan
muslim dengan pasukan Salib-Kristen. Bahkan pada tahun 582H/11 86 M.
Penguasa wilayah Kara yang bernama Reginald mengadakan penyerbuan
terhadap kabilah muslim yang sedang melintasi benteng pertahanannya.
Salahuddin segera mengerahkan pasukannya di bawah pimpinan Ali untuk
mengepung Kara dan selanjutnya menuju Galilee untuk menghadapi pasukan
Perancis. Pada tanggal 3 Juli 1187 M. kedua pasukan bertempur di daerah
Hittin, di mana pihak pasukan Kristen mengalami kekalahan. Ribuan
pasukan mereka terbunuh, sedang tokoh-tokoh militer mereka ditawan.
Sultan Salahuddin selanjutnya merebut benteng pertahanan Tiberia. Kota
Acre, Naplus, Jericho, Ramla, Caesarea, Asrul Jaffra, Beyrut, dan
sejumlah kota-kota lainnya satu persatu jatuh dalanr kekuasaan Sultan
Salahuddin.
Selanjutnya Salahudin memusatkan perhatiannya untuk menyerang
Yerusalem, di mana ribuan rakyat muslim dibantai oleh pasukan
Salib-Kristen. Setelah mendekati kota ini, Salahuddin segera
menyampaikan perintah agar seluruh pasukan Salib-Kristen Yerusalem
menyerah. Perintah tersebut sama sekali tidak dihiraukan, sehingga
Salahuddin bersumpah untuk membalas dendam atas pembantaian ribuan warga
muslim. Setelah beberapa larna terjadi pengepungan, pasukan salib
kehilangan semangat tempurnya dan memohon kemurahan hati sang sultan.
Jiwa sang sultan terlalu lembut dan penyayang untuk melaksanakan sumpah
dan dendamnya, sehingga ia pun memaafkan mereka. Bangsa Romawi dan warga
Syria-Kristen diberi hidup dan diizinkan tinggal di Yerusalem dengan
hak-hak warga negara secara penuh. Bangsa Perancis dan bangsa-bangsa
Latin diberi hak meninggalkan Palestina dengan membayar uang tebusan 10
dinar setiap orang dewasa, dan 1 dinar untuk setiap anak-anak. Jika
tidak bersedia mereka dijadikan sebagai budak. Namun peraturan seperti
ini tidak diterapkan oleh sang sultan secara kaku. Salahuddin berkenan
melepaskan ribuan tawanan tanpa tebusan sepeser pun, bahkan ia
mengeluarkan hartanya sendiri untuk menrbantu menebus sejumlah tawanan.
Salahuddin juga membagi-bagikan sedekah kepada ribuan masyarakat Kristen
yang miskin dan lemah sebagai bekal perjalanan mereka pulang. Ia
menyadari betapa pasukan Salib-Kristen telah membantai ribuan
rnasyarakat muslim yang tidak berdosa, namun suara hatinya yang lembut
tidak tega untuk melampiaskan dendam terhadap pasukan Kristen.
Pada sisi lainnya Salahuddin juga membina ikatan persaudaraan antara
warga Kristen dengan warga muslim, dengan memberikan hak-hak warga
Kristen sama persis dengan hak-hak warga muslim di Yerusalem. Sikap
Salahuddin demikian ini membuat umat Kristen di negeri-negeri lain ingin
sekali tinggal di wilayah kekuasaan sang sultan ini. “sejumlah warga
Kristen yang meninggalkan Yerusalem menuju Antioch ditolak dan bahkan
dicaci maki oleh raja Bahemond. Mereka lalu menuju ke negeri Arab di
mana kedatangan mereka disambut dengan baik”, kata Mill. Perlakuan baik
pasukan muslim terhadap umat Kristen ini sungguh tidak ada bandingannya
sepanjang sejarah dunia. Padahal sebelumnya, pasukan Salib-Kristen telah
berbuat kejam, menyiksa dan menyakiti warga muslim.