Nabi
Yahya Alaihissalam adalah putra tunggal Nabi Zakaria Alaihissalam. Meskipun
ia dilahirkan oleh pasangan yang sudah sangat tua, namun ia tetap tumbuh
sebagai manusia yang normal dan sehat. Kisah kelahiran Nabi Yahya Alaihissalam
terdapat dalam surat Ali-’Imrân: 38-41.
Oleh
kaumnya, Nabi Yahya Alaihissalam dikenal sebagai orang alim, menguasai
soal-soal keagamaan, dan hapal kitab Taurat, dan menjadi hakim dalam hukum
agama. Dalam usahanya menegakkan kebenaran, Yahya dikenal sangat berani.
Pada
masa itu, Hirodus, penguasa Palestina, merencanakan menikah dengan kemenakannya
sendiri, Hirodia. Hirodia sendiri merasa senang jika diperistri oleh seorang
raja. Ia adalah seorang gadis yang haus kekuasan dan harta.
Yahya
melarang pernikahan ini karena bertentangan dengan syariat kitab Taurat dan
Zabur. Seluruh istana pun gempar, mereka setuju dengan pendapat Yahya. Raja
menjadi malu dan murka. Ia dan Hirodia berusaha mencari jalan untuk membungkam
mulut Yahya, bahkan bila perlu membunuhnya.
Maka
suatu hari, dengan berdandan cantik Hirodia datang menemui Yahya di rumahnya.
Ia mencoba merayu Yahya untuk melakukan perbuatan mesum. Ia berharap sesudah
melakukan perbuatan nista itu Yahya akan menjadi penurut dan tidak lagi
menentang pernikahannya dengan Raja Hirodus. Tentu saja rayuan ini ditolak
dengan tegas oleh Yahya. Pemuda itu tidak tergoda sedikit pun, bahkan
sebaliknya ia merasa jijik dengan sikap Hirodia yang sangat tidak bermoral itu.
Ia mengusir Hirodia dengan suara sangat keras seolah menggelegar di telinga
Hirodia. Hirodia merasa malu dan terhina sekali, karenanya ia merasa dendam dan
sangat membenci Yahya.
Ia
lalu memfitnah Yahya dengan mengadu kepada Hirodus bahwa Yahya telah mencoba
memperkosanya. Tentu saja fitnahan Hirodia ini membakar kemarahan Raja Hirodus.
Ia mengutus bala tentaranya untuk memenggal kepala Yahya. Para tentara itu
sebenarnya keberatan, namun jika menolak mereka diancam dengan hukuman yang
sangat berat. Maka dengan segala cara mereka berusaha menangkap Yahya,
membawanya ke penjara dan memenggal kepalanya disana.
Nabi
Yahya Alaihissalam dikenal sebagai seorang pembabtis, yaitu memandikan
orang-orang berdosa yang bertaubat di tepi sungai Yordan. Pemandian itu bukan
berarti mensucikan dosa, melainkan hanya sebagai tanda bahwa orang yang
dimandikan telah bertaubat. Jadi taubatnya inilah yang insya Allah akan
mensucikan dosanya.